BINUSUNIVERSITY sangat mendukung dan menghargai prestasi anak saya sebagai atlet Anggar nasional dan juga di bidang akademis. Terima kasih BINUS UNIVERSITY atas diberikannya Widya Scholarship pada anak saya yang membuatnya lebih rajin & semangat di bidang akademis & non-akademis. ia juga akan melakukan variasi media yang digarapnya seperti 19 Jan Perbedaan Advertising Agency, Production House, dan Studio Film Posted at 0900h in Advertising 0 Comments “We are award-winning advertising agency based in Jakarta.” Seiring dengan bertumbuhnya ekosistem kreatif di Indonesia, nama-nama berimbuh agency’, production house’, studio’ semakin sering kita dengar. Transformasi digital yang men-disrupt bisnis kreatif membuat batas-batas antara industri film, periklanan, bahkan pemasaran kabur. Artikel ini akan membahas perbedaan antara advertising agency, production house, dan studio. Tahukah kamu walaupun sama-sama beroperasi di dunia kreatif, ketiga nama tersebut berkarya di ranah yang berbeda dengan cara kerja yang berbeda pula. Nah tanpa berpanjang lebar lagi, berikut ini adalah penjelasan singkat tentang perbedaan advertising agency, production house, dan studio film! Advertising Agency Advertising agency atau agensi periklanan merupakan perusahaan yang tujuan utamanya mengiklankan suatu barang atau jasa. Untuk mengiklankan suatu barang atau jasa diperlukan perpaduan antara ilmu pengetahuan dan kesenian. Oleh karena skill set-nya yang terspesialisasi, diperlukan perusahaan khusus untuk menananganinya yang disebut advertising agency. Nah advertising agency sendiri terbagi lagi atas beberapa jenis, muali dari traditional advertising agency sampai media buying advertising agency. Kalau kamu ingin tahu lebih tentang ini, kami punya artikel tentang “8 Tipe Advertising Agency Yang Perlu Kamu Ketahui.” Production House Production house sering disingkat PH atau production company adalah perusahaan yang fokus utamanya adalah memproduksi konten yang berbentuk audio visual, bisa iklan, film, atau web series. Dalam dunia periklanan, production house berperan sebagai eksekutor ide yang dibuat oleh advertising agency. Jadi dengan kata lain advertising agency tidak memproduksi iklannya sendiri, tetapi memperkerjakan production house untuk mengeksekusinya. Semua aktivitas yang berkatian dengan teknis, mulai dari mencari kru, pemain, lokasi, dll merupakan tanggung jawab production house. Seiring perkembangan zaman, aktivitas production house sedikit mengalami pergeseran. Dengan semakin mudah dan murahnya teknologi perfilman, production house juga melakukan aktivitas lain selain memproduksi konten semata, seperti pengembangan kreatif, pascaproduksi, bahkan sampai distribusi konten. Itu semua kita juga kita kerjakan di Studio Antelope. Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang aktivitas kami sebagai production house, kami bisa mengunjungi halaman About Us’. Studio Sebutan studio sebetulnya lahir di masa keemasan Hollywood di antara tahun 1920an sampai 1950an. Studio film berskala besar memiliki beberapa perusahaan produksi production house dan fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam produksi film. Berbeda dengan production house yang fokus memproduksi, studio film fokus pada proses creative development pengembangan kreatif, penulisan / akuisisi intellectual property dan skenario, financing pendanaan film, promosi, sampai distribusi film. Betul, secara bisnis, cakupan kerja studio film memang lebih besar dibandingkan production house. Namun sekali lagi, seiring berkembangnya teknologi digital, sekat-sekat yang membedakannya dengan production house semakin samar-samar. Itu dia perbedaan advertising agency, production house, dan studio. Semoga artikel ini memberikan kamu sedikit gambaran tentang perbedaan agency, production house, dan studio film. Kamu sendiri paling tertarik bekerja di mana? Yuk tulis di kolom komentar ya! opencasting terbaru di sinermart 2018. Selamat sore malam dan pagi teman teman di manapun anda berada,,sebuah PH, ternama mengadakan open casting yaitu brand terkenal di indonesi CASTING FILM,CASTING IKLAN,OPEN CASTING HOROR. teman yang mau casting semua ada di sini OPEN CASTING Social experience. February 2018] jam 12 - 5 sore.

Produksi film dan sinetron terhenti selama pandemi Covid-19. JAKARTA - Lumpuhnya sektor perfilman dan sinetron akibat pandemi Covid-19 membuat para pekerja di rumah produksi production house, PH kesulitan mendapatkan pemasukan. PH pun berharap ada kebijakan finansial yang bisa dari pemerintah untuk meringankan beban para pekerja. "Sebagai PH, saya juga nggak tahu ini ke depannya sampai berapa lama. Yang saya harapkan, mungkin bisa ada keringanan untuk teman-teman," jelas produser film dari Maxima Pictures, Ody Mulya, kepada Menurut Ody, banyak pekerja-pekerja di sektor ini yang memiliki kewajiban per bulan untuk membayar cicilan rumah dan cicilan lainnya. Dia meminta pemerintah memerhatikan pula para pekerja dan pekerja lepas dengan mengendorkan kewajiban pembayaran cicilan. "Jadi ada relaksasi perbankan atau kreditnya mereka. Kan mereka masih mencicil rumah, motor, mobil. Atau mungkin ada penundaan pembayaran cicilan, di samping bantuan kebutuhan pokok," tutur dia. Selain itu, Ody juga berharap pemerintah memberikan kebijakan untuk tetap berproduksi dengan beberapa aturan jaga jarak yang ketat. Dia menyebut akan sangat senang jika ada peraturan yang mengizinkan rumah produksi berproduksi lagi jika dijaga oleh pihak saja, Ody mengerti bahwa dalam kondisi saat ini pemerintah sangat hati-hati dan melarang adanya kerumunan. Produksi syuting di lapangan tentu akan menimbulkan kerumunan, sehingga hampir pasti produksi tak bisa berjalan saat ini. "Di lapangan, terkadang kondisinya berbeda dengan yang diperkirakan. Kita nggak bisa kontrol di lapangan," tutur dia. Saat ini, banyak pekerja Maxima Pictures kehilangan pemasukan karena tak adanya produksi. Dia tak memungkiri, para pekerja lepas juga tak mendapatkan honor karena produksi film dan sinetron benar-benar mendek. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini

PersijaJakarta akan melanjutkan perjuangannya di kompetisi Liga 1 Indonesia saat bertemu Persis Solo pada pekan kedua. Jadwal Acara Indosiar Hari Ini, 4 Agustus 2022: Ada Mega Series Panggilan, Live BRI Liga 1, dan Mega Film Asia 4 Agustus 2022, 11:27 WIB. Kabar Lumajang. Bandung - Jawa Barat, 40111, Ph. 022-4241600 Email: prmnnewsroom Banyak orang membutuhkan tali pecut untuk memaksa diri merealisasikan mimpi lama yang hampir kukut. Buat Wen Wei Guo, pecutan itu adalah film panjang berjudul Senja di Pulau Simping 2012.Film karya sutradara Lo Abidin itu sebenarnya hanya satu dari ratusan film buatan sineas Tionghoa di Kota Singkawang sepanjang 2010-2015. Rentang waktu ini diingat Wei sebagai era emas industri film lokal di kotanya, berjarak 145 kilometer dari Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat. Seingat Wei, hampir semua karya mendapat sambutan hangat dari penduduk rumah produksi film dari Jawa, yang kerap merekam bangunan budaya Tionghoa di Singkawang untuk keperluan syuting adegan berlatar pecinan seperti Bakpao Ping-Ping, 2010, memotivasi penduduk setempat untuk coba-coba bikin karya sendiri. Selain berkaraoke, menonton film memang hobi favorit warga Singkawang. Maka, tidak perlu heran melihat pemutaran film lokal seperti Senja di Pulau Simping laris manis. Bisa bikin produk dan punya konsumen setia, industri film lokal di Singkawang terpantau makin gelisah. Saat Senja di Pulau Simping rilis, ia sudah satu dekade menekuni usaha jasa dokumentasi pernikahan. Perihal mengoperasikan kamera digital, ia mungkin salah satu yang tercakap di kotanya. Kesuksesan Lo Abidin—kini anggota DPRD Singkawang—melecutnya untuk merealisasikan mimpi membuat film panjang pertama yang sudah ia pikirkan sejak memulai usaha videografi.“Beberapa film lokal lain [selain Senja di Pulau Simping] juga memotivasi saya untuk bikin film panjang karena saya berpikir pasti bisa bikin dengan hasil lebih baik. Waktu saya menonton filmnya, saya udah berpikir kalau saya bisa bikin film yang lebih bagus,” kata Wei yang punya nama Indonesia Susanto Gunawan, kepada VICE. “Melihat antusiasme masyarakat [Singkawang] yang mau menonton dan mendukung film lokal, akhirnya saya putuskan utnuk produksi film panjang.”Skenario dibuat, tim dibentuk. Rasa cintanya pada aktor Stephen Chow memengaruhinya untuk memfilmkan Li Bun Ku, sosok folk hero asal Tiongkok pada masa Dinasti Qing 1644-1912. Kepada kami, Wei mencoba memudahkan penjelasan dengan menganalogikan Li Bun Ku ini sebagai “Abu Nawas”-nya Tiongkok cerdas, jenaka, namun annoying. Lewat filmnya, pria 45 tahun itu berandai-andai bagaimana jadinya bila Li Bun Ku hidup di zaman film Li Bun Ku In New Era yang ia rilis pada 2013, dipaskan dengan perayaan Imlek. Wei tercatat sebagai produser sekaligus juru kamera. Film ini menggunakan dialek Hakka/Khek penuh, bahasa dominan yang dipakai penduduk Singkawang. Wei mengklaimnya sebagai film sineas Tionghoa lokal pertama yang menggunakan kamera DSLR. Biaya pembuatannya Rp20 pemasaran film untuk setidaknya balik modal sudah ia pikirkan jauh-jauh. Trailer diunggah di YouTube satu bulan sebelum rilis untuk menggoda penonton sembari memamerkan visual bokeh-bokeh kamera DSLR yang saat itu masih terbilang baru. Wei lantas menyewa sebuah gedung bioskop bernama “Studio” yang biasa memutarkan film lokal sineas Tionghoa. Untuk pemutaran di ruang berkapasitas 300 penonton itu, Wei menjual tiket Rp25 ribu per kepala.“Film kami meledak sekali. Kapasitas gedung selalu penuh saat saya sewa 10 hari, kami sampai harus nambah tempat duduk. Sampai orang luar kota khusus datang ke Singkawang mau nonton film ini,” kenang Wei. Untuk meramaikan pemutaran, ia meminta temannya yang bekerja di usaha percetakan untuk jadi sponsor dengan mencetak spanduk, lalu menghubungi jejaringnya di perusahaan telekomunikasi guna mendukung acara dengan menyediakan kartu perdana gratis kepada pembeli masa penayangan di Studio, Wei melanjutkan momen dengan mencetak 8 ribu keping DVD Li Bun Ku untuk diperjualbelikan. Candu menonton dan berkaraoke warga Tionghoa Singkawang bikin kehadiran toko penjualan DVD menjamur. Wei yakin melihat koneksi internet cepat masih jarang tersedia, DVD masih akan jadi favorit warga sementara ini. Per keping film ia banderol Rp20 ribu, beberapa toko menjualnya sampai dua kali lipat. Ia tak ambil pusing selama dagangannya hanya balik modal, Wei ketiban rezeki dengan omset sekitar Rp250 juta. Mimpi tercapai, bonus banjir uang tunai. Buat apa ke Jakarta? “JAKARTA jelas adalah kunci. Market dan network-nya sudah kebentuk di sana. Kalau yang diharapkan main film komersil tingkat nasional, pindah ke Jakarta jelas memudahkan banyak hal,” kata pemerhati film Adrian Jonathan Pasaribu saat VICE tanyai seputar keunggulan pindah ke Ibu Kota bagi pekerja menggarisbawahi pentingnya jejaring dalam industri. Buat para aktor, tinggal di pusat membuka kesempatan lebih besar untuk bicara dengan produser, sutradara, casting director, manajemen, sesama aktor, atau klinik akting. “Ini orang-orang yang mungkin enggak terlalu kelihatan buat khalayak umum. Di Jakarta, jejaring itu lebih luas dan dalam, sehingga logisnya membuka banyak peluang. Tinggal di Jakarta jelas menawarkan competitive edge sendiri, mengingat banyak jejaring yang kokoh justru lewat relasi personal dan tongkrongan.”Dua kota lain yang punya fondasi industri film yang lumayan kokoh adalah Yogyakarta dan Makassar. Produksi film, komersil maupun tidak, terus bertumbuh. Adrian mengakui memang secara nominal masih jauh dari Jakarta, tapi peluang yang diberikan terhitung lumayan. Banyaknya produksi meningkatkan kemungkinan meledaknya produk dari dua kota ini dan membuka peluang baru bagi aktor-aktornya. Kasus Bu Tedjo dalam Tilik 2020 bisa jadi contoh. Adrian menceritakan, pemeran Bu Tedjo kini bolak-balik syuting ke Jakarta setelah film itu besar pindah ke kota “besar” pernah menyambangi Rifky Husain. Setidaknya sampai hari ini, ia memilih bertahan. “Dulu sempat ditanya dan ditawarin [pindah Jakarta]. Terus suka [kami bercandain], Ah kau lah, masa harus ditentukan nasibnya dan ditunjuk-tunjuk sama orang di sana?’. Tapi ya ini pilihan. Di sini ekosistem [film]-nya enggak semaju sana [Jakarta], pemerintahnya juga [kurang mendukung],” adalah pembuat film di Ambon, Maluku. Ia terlibat dalam banyak proyek seperti film pendek Munysera 2017 sebagai produser dan penulis naskah, dokumenter Pendayung Terakhir 2017 sebagai produser, film pendek Hana 2016 sebagai sutradara, dan dokumenter Provokator Damai 2013 sebagai sutradara. Bersama para sineas dan seniman lain, ia tergabung dalam kolektif seni Ambon workshop, pemutaran film, sampai kolaborasi dilakukan para pekerja film Ambon untuk berkembang. Jejaring dengan sineas di luar wilayah membuka akses ke berbagai kesempatan seperti hibah dana, proyek, dan festival film. Geliat sineas lokal dimulai sekitar 2010 karena teknologi kamera DSLR mulai akrab ditemui, membuat kegiatan merekam gambar menjadi lebih membuat film tak cuma berurusan dengan kemampuan mengoperasikan kamera dan naskah bagus. Ada dana besar yang harus dikeluarkan. Rifky mengaku kesulitan mencari investor film-filmnya. Ia dan kolega kerap menunggu informasi seputar call for proposal dari lembaga di Jakarta untuk bisa produksi film. Tantangan berkarya dari jauh ini dihadapi dengan semangat kolektif. “Kalau ngomongin Timur, kerja sendiri enggak mungkin. Saya punya kamera, yang lain punya lighting, yang lain punya boom [pole]. Kami harus gabung dengan teman-teman lain. Kebanyakan sih karya kami karya kolaborasi, enggak berdiri sendiri,” jelasnya. Situasi kondusif untuk berkembang secara komunal membuat skena film Ambon mampu melahirkan talenta keren seperti penulis skenario Irfan Ramli serta aktor muda Bebeto Leutualy dan Aufa Assagaf. Nama-nama tersebut mencuri perhatian nasional saat terlibat di film Cahaya dari Timur Beta Maluku 2014 garapan Angga Dwimas Sasongko. Usai film itu, ketiganya memutuskan pindah ke Rifky, idealisme membuatnya memutuskan tetap di Maluku, meski sadar betul akan sulit memenuhi hidup seutuhnya dari sinema, “Kalau ngomongin industri film layar lebar, berkarya di daerah agak susah. Pasarnya kecil, ekosistemnya belum mendukung. Kalau sekadar film pendek dengan sistem komunitas kayak yang kami bikin, masih mungkin. Tapi, kalau bener-bener komersil [sulit],” produksi film sebagai passion project, Rifky menyebut banyak sineas Maluku yang akhirnya mencari pekerjaan lain untuk menopang hidup. Ia sendiri sempat menjadi dosen serta tenaga lepas di beberapa perusahaan. Yang terpenting, mimpi untuk membangun ekosistem di daerah sendiri masih terus dipelihara. Cita-citanya, sineas Maluku bisa hidup dari membuat film. Semangat berproduksi terus dikibarkan. Meski sudah banyak kolega yang punya pekerjaan lain, namun begitu ada panggilan produksi, anggota komunitas yang terpencar siap hadir dan membantu.“Kemarin kami sempat diskusi kecil untuk bikin series dulu biar bisa penetrasi [pasar]. Paling memungkinkan teman-teman daerah buat masuk ke industri. Mungkin [tayang] di platform online kayak Netflix. Sebenarnya banyak macam cerita dan ide [yang] enggak semua orang Jakarta bisa produksi. Orang butuh ide baru terutama lebih banyak konten di luar budaya mereka,” kata Rifky. “Apabila semakin banyak orang mau bikin film, otomatis industrinya tumbuh.” BOWO LEKSONO menyambut tantangan berkarya dari daerah dengan fokus di jalan regenerasi. Ia mengajar sebanyak mungkin pelajar di daerahnya mengenai proses di balik penciptaan film. Tujuannya simpel semakin banyak yang memiliki ilmu film, semakin besar pula potensi berkembangnya skena film Purbalingga, sebuah kabupaten sejuk di kaki Gunung Slamet, Jawa mencoba membangun industri film di Purbalingga setelah terinspirasi dari para seniman di Jakarta yang ia wawancarai semasa jadi jurnalis. Pada 2004, ia menghubungi kelompok teater lamanya di kampung sebagai langkah mula membentuk komunitas film.“Saya pikir kalau saya kembangkan [film] di Jakarta, ya istilahnya kayak menggarami lautan. Di Jakarta udah ada banyak [sineas] karena setidaknya ada IKJ sebagai basis anak-anak film di Jakarta,” Bowo dimulai dengan penggarapan film Peronika 2004 yang fenomenal di wilayah berbahasa Ngapak. Pemutaran di berbagai daerah dilakukan sembari memperkenalkan dirinya sebagai sineas asal Purbalingga. Pada 2006, Bowo membentuk Cinema Lovers Community CLC sebagai payung lembaga yang menaungi program-programnya. Beberapa pekerja video yang punya usaha jasa dokumentasi diajak bergabung untuk bersama mengembangkan Purbalingga. Sampai hari ini, CLC masih aktif mengawal program film seperti pemutaran, workshop, atau proyek produksi film. Pada 2007, Festival Film Purbalingga FFP pertama digelar. Semangat regenerasi yang dibawa menuntut penyediaan wadah bagi pelajar untuk memamerkan karyanya. FFP hadir menyediakan sudah mulai aktif mengembangkan film di Purbalingga, Bowo masih berdomisili di Jakarta dengan alasan membangun komunitas ya juga butuh biaya. Ia baru pulang kandang pada 2010. Ia ingin secara fisik setiap hari ada untuk memikirkan program pengembangan selanjutnya.“Di tahun kepulangan saya, kami bikin ekstrakurikuler film ke sekolah-sekolah setingkat SMA. Pertimbangannya saat itu kampus swasta cuma satu-dua, sementara kampus negeri adanya di Purwokerto [kota sebelah]. Saya pengennya [target] dari pelajar karena [ada potensi] mengembangkan di masa depan. Yang tertarik bisa melanjutkan kuliah film,” bahwa sekolah film mahal, Bowo bersama CLC juga mendesak pemerintah daerah untuk proaktif memberikan beasiswa kepada bakat-bakat daerah. Ia berujar, saat itu perhatian pemerintah masih terlalu tertuju pada siswa yang melanjutkan kuliah di bidang yang populer seperti hari ini, CLC masih aktif berkomunitas. Ada enam program tahunan utama yang rutin dilaksanakan, termasuk festival. Fokus pengembangan diri bersama komunitas membuat Bowo paham benar konsekuensi yang hadir pasti ada anggota yang cabut karena dapat kerjaan lain.“Mereka juga butuh hidup, apalagi yang sudah enggak sekolah atau kuliah. Saya enggak bisa menahan mereka ketika mereka mau punya pekerjaan lain. Otomatis, hanya akhir pekan bisa bergabung. Ya enggak apa-apa, diatur aja ritmenya,” cerita Bowo menjelaskan dinamika kerja di daerah juga membuat Bowo mengelola ekspektasinya kepada para pelajar, “Yang terpenting anak-anak muda belajar banyak hal lewat medium film. Saya enggak berharap mereka jadi filmmaker, itu berat banget. Di kampung itu yang namanya orang tua masih kepengin anaknya jadi PNS. Terpenting, film jadi alat anak-anak muda untuk belajar banyak hal di sekitarnya. Film dibuat dengan kegelisahan. Harus ngomongin sesuatu, jadi enggak asal.”Dampak positifnya, bertahun-tahun melakukan regenerasi sineas muda di Purbalingga membuat Bowo memiliki banyak stok anak muda untuk diajak kerja bareng, khususnya saat butuh tenaga dalam menggarap proyek video, film, atau menggelar festival. “Kalau ada program, kumpul semua. Apalagi kalau festival film, terutama teman-teman yang udah pada kuliah di Jogja, Solo, Jakarta.”Untuk menyokong hidupnya, punggawa CLC kerap membuat video-video pesanan sebab banyak lembaga di daerah, pemerintah maupun non-pemerintah, yang membutuhkan jasa pembuatan video. Godaan pindah kota "besar" memang ada. Namun, kenyamanan dan kepuasan hidup yang didapat Bowo bersama CLC masih jadi pemenangnya. Biar calon-calon sineas masa depan Purbalingga saja yang mengais ilmu ke luar kampung. SETELAH 2015, produksi film sineas Tionghoa di Singkawang menurun drastis karena dua alasan. Pertama, gedung Studio sudah dialihfungsikan menjadi museum, tak ada lagi tempat sineas lokal memamerkan karyanya sembari mendapatkan penghasilan. Kedua, internet makin familier membuat penjualan DVD luluh lantak. Penduduk kini menonton film di internet. Beberapa sineas bahkan trauma karena karya yang mereka jual lewat DVD justru diunggah ulang di YouTube oleh orang tak bertanggung jawab.“Hal-hal itu membuat sineas-sineas Singkawang akhirnya makin mundur. Film yang dihasilkan enggak bisa dikomersilkan untuk mengembalikan modal,” kata Wei. Kemewahan berkomunitas milik Bowo dan Rifky untuk menghadapi masa-masa sulit tidak begitu dirasakan Wei. Untuk saling berbagi ilmu, ia lebih sering bergabung dengan komunitas sineas Melayu di Singkawang atau malah menyeberang ke Pontianak. “Enggak suka bikin forum. Mungkin ini karakter sineas Tionghoa di Singkawang. Saya [pernah] lihat beberapa produksi [lalu] saya coba ajak berkomunikasi [sineas Tionghoa lain] untuk berkumpul, mereka tak ada reaksi,” keluh Wei. Ia hanya bisa mengira-ngira karena tak paham mengapa kolega di lingkungannya tidak bisa diajak kini fokus mengembangkan toko pakaiannya di samping terus melanjutkan usaha dokumentasi pernikahan. Tak terbesit keinginannya untuk pindah kota. Di Singkawang, Wei masih memelihara mimpinya rutin memproduksi film dari tanah kelahirannya. Ada satu film siap tayang yang masih ia simpan sejak 2019. Tanggal rilis tertahan dua tahun, ia masih kebingungan mencari cara agar setidaknya balik modal.“Mungkin tahun depan saya ikhlaskan untuk tayang gratis di YouTube,” tutup Wei. Part1 Duniafilm21 Bos21 INDOXXI Mereka dibawah komando KOMANDAN COK (Indro Warkop), yang kehilangan tangan kanannya, KARMAN (Mandra), saat mensinyalir adanya money laundry di dunia perfilman Indonesia Warkop DKI Reborn 4 (2020) 2020, Movie, Indonesia Warkop DKI Reborn 4 (2020) 2020, Movie, Indonesia. .
22 Feb Production House Pengertian dan Fungsinya Posted at 1240h in Advertising 0 Comments Production house, biasa disingkat PH, atau disebut juga production company adalah bisnis yang berspesialisasi dalam pembuatan berbagai jenis media, seperti film, acara televisi, series, iklan, branded content, sampai video musik. Production house memainkan peran penting dalam industri hiburan. PH-lah yang berfungsi menghidupkan ide-ide kreatif, mengelola talenta-talenta kreatif seperti sutradara, produser, penulis, dll, dan memastikan ide-ide itu dapat bertransformasi menjadi karya yang bisa dinikmati penonton. Production house sendiri berbeda dengan advertising agency atau studio film. Dan sebenarnya production house juga terdiri dari beberapa jenis. Ada production house yang fokus memproduksi film, tapi ada pula yang fokusnya di iklan, atau bahkan video musik. Untuk mempelajari perbedaannya, kamu bisa membaca artikel berikut ini. Nah, lantas apa sebenarnya yang dilakukan oleh production house? Berikut adalah beberapa fungsi utama dari production house Konseptualisasi dan Pengembangan Cara kerja production house iklan dan film sedikit berbeda. Jika production house film bekerjasama dengan studio film dan/atau pihak financier lain seperti investor, production house iklan bekerjasama dengan agensi periklanan dan/atau klien. Walaupun sedikit berbeda, tapi dalam tahap konseptualisasi dan pengembangan production house, baik film dan iklan, sama-sama bekerja untuk membuat dan mengembangkan ide kreatif menjadi proyek media. Biasanya production house memiliki tim kreatif in-house yang bekerja dalam setiap tahap pengembangan mulai dari pencarian ide, pengembangan naskah, sampai pembuatan storyboard dan proposal kreatif. Praproduksi Setelah konsep selesai, production house memulai proses praproduksi. Ini melibatkan mengamankan pembiayaan financing, mempekerjakan hiring anggota kru, casting pemain, dan mengatur jadwal dan logistik untuk pengambilan gambar. Apabila kamu tertarik mendalami lebih tentang kegiatan yang dilakukan saat praproduksi, kamu bisa membaca artikel tentang “9 Tahap Praproduksi Yang Harus Kamu Siapkan”. Produksi Selama produksi, production house mengawasi pembuatan film atau iklan yang sebenarnya. Production house harus memastikan semuanya dilaksanakan sesuai rencana. Mereka bertanggung jawab untuk mengelola set, mengoordinasikan aktor dan kru, dan memecahkan masalah apa pun yang muncul. Tahap produksi juga dikenal dengan istilah syuting, shooting, atau principal photography. Jika kamu tertarik mendalami tentang proses syuting, kamu bisa membaca artikel berjudul “5 Metode Syuting Yang Harus Kamu Pahami”. Pascaproduksi Setelah syuting selesai, production house memasuki fase pasca produksi. Ini melibatkan pengeditan, efek khusus, dan desain suara. Production house dapat bekerja dengan tim spesialis pascaproduksi untuk memastikan bahwa produk akhir memenuhi standar yang diinginkan. Distribusi dan Pemasaran Terakhir, production house bertanggung jawab untuk mendistribusikan dan memasarkan produk jadi kepada khalayak. Ini mungkin melibatkan bekerja dengan distributor, mengembangkan kampanye promosi, dan mengelola komunikasi dengan publik. Di industri yang sudah besar dan kompleks seperti Hollywood, distribusi dan pemasaran memang ditangani oleh distributor dan/atau studio film. Namun, di Indonesia, peran ini seringkali masih ditangani oleh production house. Selain fungsi inti tersebut, perusahaan produksi juga dapat menawarkan layanan tambahan, seperti animasi, efek visual, dan desain multimedia. Keuntungan Bekerja Dengan PH Jika kamu mengelola sebuah brand, atau bekerja di perusahaan yang tertarik memproduksi proyek media, bekerjasama dengan production house adalah pilihan cerdas. Kenapa? Berikut beberapa keuntungan bermitra dengan production house profesional Akses ke Ahli & Profesional Production house memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman dalam industri hiburan. Mereka dapat menawarkan wawasan berharga ke dalam proses kreatif, serta memberikan panduan tentang pertimbangan logistik dan keuangan. Di Studio Antelope sendiri, kami pernah bekerjasama dengan setidaknya 20 sutradara di ratusan proyek berbeda. Masing-masing sutradara memiliki keahlian khusus yang sesuai dengan kebutuhan proyeknya. Akses ini belum tentu kamu dapatkan apabila tidak bekerja dengan production house profesional. Bicara tentang produksi media, kita pastinya tidak cuma bicara tentang sutradara. Dalam sebuah produksi, rata-rata ada 100 orang yang terlibat dengan keahliannya masing-masing. Bekerjasama dengan production house memastikan kamu punya akses ke tenaga-tenaga ahli dan profesional tersebut. Solusi Hemat Biaya Kata siapa bekerjasama dengan PH mahal harganya? Bekerja dengan production house seringkali lebih hemat dibandingkan menangani proyek sendiri. Kenapa? Ada 3 alasan. Pertama, PH memiliki keahlian untuk mendengarkan kebutuhan kamu dan mengusahakan yang terbaik agar sebuah proyek bisa dieksekusi sesuai dengan budgetmu. Tidak hanya itu, production house profesional pastinya juga mengusahakan agar standar kualitasnya terjaga, walau dengan budget terbatas. Alasan kedua, PH memiliki akses ke peralatan-peralatan mutakhir dan software terkini. Sekarang bayangkan, jika kamu harus membeli kamera, lighting, dan peralatan-peralatan pascaproduksi seperti color panel, monitor grading, yang jika ditotal harganya bisa ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Alasan ketiga, PH punya akses & hubungan dengan vendor-vendor yang sifatnya spesifik. Sebagai contoh, syuting adegan mobil membutuhkan vendor rigging kamera di mobil. Contoh lain, membuat adegan hujan juga membutuhkan rigging hujan yang mampu menciptakan hujan buatan. Ini hanya dua dari masih banyak lagi contoh kenapa bekerja dengan production house adalah alasan cerdas. Hasil Berkualitas Tinggi PH profesional memiliki alat, sumber daya, dan keahlian yang diperlukan untuk memberikan hasil berkualitas tinggi. Baik Anda membuat film, acara televisi, atau komersial, bermitra dengan perusahaan produksi dapat memastikan bahwa proyek kamu berkualitas tinggi dan profesional. Perlu kamu ingat juga, kualitas yang kami maksud bukan hanya kualitas teknis saja, tapi kualitas kreatif seperti cerita dan penyutradaraan. Sebaik-baiknya kualitas gambar, amat sulit menyentuh penonton jika kualitas cerita-nya sendiri tidak kuat. Di production house seperti Studio Antelope, tersedia aneka ragam pilihan penulis dengan berbagai keahliannya. Studio Antelope tidak hanya terbiasa menangani proyek-proyek format panjang seperti film & series, tapi juga beragam proyek branded content, seperti iklan, film pendek, web series, bahkan sampai film/series vertikal. Kesimpulan Singkatnya, production house adalah bisnis yang berspesialisasi dalam pembuatan konten media, mulai dari pengembangan konsep hingga distribusi akhir. Mereka memainkan peran penting dalam industri hiburan, menghidupkan ide-ide kreatif dan menyampaikannya kepada penonton di seluruh dunia. Jika kamu sedang mempertimbangkan membuat proyek media seperti film, iklan, atau series, bekerja sama dengan production house profesional dapat memberikan akses ke tenaga profesional, solusi hemat biaya, dan hasil berkualitas tinggi. Bekerja Dengan Studio Antelope Studio Antelope adalah production house profesional yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Misi kami adalah menciptakan konten berkualitas tinggi di semua layar. Kami tidak hanya memproduksi film & series, tapi juga branded content seperti film pendek, iklan, web series, dan film vertikal. Apabila kamu sedang mempertimbangkan membuat konten-konten di atas, kamu bisa menceritakan idemu di halaman Request a Quote ini. Jika kamu belum punya ide yang jelas, jangan khawatir, karena kami dengan senang hati memberikan konsultasi gratis.
TimOkezone, Jurnalis · Selasa 05 Juli 2022 18:05 WIB. Ilustrasi Sholat Idul Adha. (Foto: Istimewa/Muhammadiyah.or.id) PIMPINAN Pusat Muhammadiyah telah menetapkan hari raya Idul Adha 1443 Hijriah jatuh pada hari Sabtu 9 Juli 2022 Masehi. Penetapan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Tren Production House Jakarta Meningkat? Ini yang Perlu Anda Ketahui Anda pasti sudah tidak asing mendengar production house atau yang sering disingkat sebagai PH. Production House Jakarta sendiri sekarang sedang meningkat trennya. Hal ini mengikuti berbagai aktivitas creative agency yang semakin diminati. Selain karena konsumennya yang meningkat, adanya peningkatan kreator-kreator kreatif dinilai menjadi alasan kenapa bidang ini semakin house sendiri adalah sebuah perusahaan yang bekerja di bidang produksi konten. Konten-konten yang diproduksi dapat berupa media visual, audio, dan teks maupun gabungan dari semua medium tersebut. PH memproduksi iklan, film, dan web series. PH juga bekerja sama dengan advertising agency atau agen periklanan. Perlu diketahui bahwa anyak penyedia periklanan yang tidak secara langsung memproduksi konten iklan, melainkan dengan mempekerjakan PH. Aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan urusan teknis hingga eksekusinya, semuanya dikerjakan oleh dunia digital dewasa ini, yang semakin memudahkan pada pembuat konten atau content creator, kini PH bahkan tidak hanya fokus membuat konten saja, tapi turut turun tangan urusan pascaproduksi hngga distribusi konten. Setelah terbayang apa fungsi dari PH dan bagaimana cara kerjanya, apakah perusahaan Anda membutuhkan kerja-kerja PH? Jika perusahaan Anda membutuhkannya, berikut ini adalah 3 alasan memilih production house Jakarta yang dipaparkan oleh di bawah Production House Jakarta Mapan dan BerkualitasEksistensi production house Jakarta trennya meningkat hal ini dikarenakan banyaknya pembuat konten dan creative agency yang berada di Jakarta. Jakarta merupakan pusat industri di Indonesia, khususnya di bidang media. Sebagian besar media-media besar dan mapan di Indonesia tersentralisasi di Jakarta. Awalnya, sebelum digitalisasi semakin marak seperti sekarang, media-media itu seperti TV dan lainnya adalah sumber klien utama dari creative agency dikarenakan saat itu penyiaran hanya dilakukan oleh TV yang berpusat di maraknya digitalisasi, platform penyiaran semakin beragam dan produksi konten pun semakin meningkat. Diikuti dengan bermunculan creative agency di Jakarta. Pembuatan series, iklan, dan film, semuanya juga terpusat di Jakarta, biasanya di luar Jakarta hanya untuk pengambilan gambar sesuai lokasi yang dibutuhkan. Banyak orang-orang yang berpotensi untuk bekerja di PH pindah ke Jakarta atau bahkan lahir dari Jakarta. Itu sebabnya banyak Production House Jakarta yang sudah mapan dan berkualitas. Related Articles Inilahlink untuk nonton streaming film Jakarta vs Everybody yang dibintangi Jefri Nichol bersama Wulan Guritno, tinggal klik. Rabu, 3 Agustus 2022 KLIK DI SINI Link Streaming Jakarta vs Everybody, Film yang DIbintangi Jefri Nichol dan Wulan Guritno Bandung - Jawa Barat, 40111, Ph. 022-4241600 Email: prmnnewsroom@ You might also likeGandaria XXI - IMAXMovie TheaterGandaria City, Level 2 Jalan Sultan Iskandar Muda viewing experience! Worth watching here for those action/thriller movies. Beware, usually tickets get sold out pretty quickly."Yohan Gabriel LiutamaThe Premiere Plaza SenayanMovie TheaterPlaza Senayan, 5th Floor Jalan Asia Afrika No. 8 Nachos Gourmet - hot french fruit tea"siraniPremiere Gading XXIMovie TheaterMal Kelapa Gading cozy!"Julienne Marcelina
\n ph film di jakarta
zT5gU.
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/522
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/340
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/495
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/117
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/571
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/153
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/176
  • t9xcp1bh0n.pages.dev/64
  • ph film di jakarta